CompasKotanews.com – Resesi menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini. Situasi tersebut diperkirakan akan mempengaruhi beberapa negara, termasuk Indonesia, pada tahun 2023.
Mengutip dari laman Otoritas Jasa Keuangan (OJK), resesi diartikan sebagai memburuknya kondisi perekonomian di dalam negeri. Hal ini terlihat dari penurunan produk domestik bruto (PDB), meningkatnya angka pengangguran dan pertumbuhan ekonomi riil yang negatif selama dua triwulan berturut-turut.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, pemerintah telah menyiapkan berbagai program untuk memitigasi dampak pelemahan ekonomi. Beberapa di antaranya memperkuat rantai distribusi pangan dan menciptakan 1,1 juta pekerjaan pada tahun 2024.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, pemerintah juga akan mempercepat pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Menurut Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop-UKM), Indonesia memiliki 64,19 juta UMKM pada tahun 2021. Sektor tersebut memberikan kontribusi 61,97% terhadap PDB nasional atau Rp 8,5 triliun pada tahun 2020. Tak heran jika sektor UMKM juga bergantung pada tulang punggung perekonomian negara. “UMKM bisa menjadi obat mujarab untuk menghadapi keterpurukan ekonomi. Sektor ini mampu menciptakan 97% lapangan kerja di Indonesia. Menurut laporan compaskotanews.com, Kamis (10 Juni 2022), usaha kecil dan menengah juga dapat membuka potensi pasar ekspor di tengah perlambatan ekonomi global.
Sandiaga mengatakan salah satu kunci strategi pertumbuhan UMKM adalah mempercepat proses digitalisasi. Digitalisasi akan mendorong pertumbuhan sektor UMKM secara optimal seiring perkembangan pasar. Peningkatan sektor UMKM juga dapat membuka jalan menuju kemandirian ekonomi.
Di sisi lain, lanjut Sandiaga, Indonesia memiliki potensi ekonomi digital hingga $125 miliar pada tahun 2025.