PANDEGLANG,COMPAS KOTA NEWS.COM – Agrowisata petik buah ternyata ada juga di Kabupaten Pandeglang tepatnya di Kampung Agrinex RT 04 RW 05, Desa Cikeusik, Kecamatan Cikeusik.
Kampung Agrinex ialah sebuah kampung agrowisata petik buah milik Rifda Ammarina selaku alumni IPB yang berada di daerah terpencil tepatnya di Desa Cikeusik, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang.
Jarak tempuh dari Jakarta menuju Kampung Agrinex saat musim libur panjang kurang lebih lima jam dan kalau hari biasa 3,5 jam melalui jalur Jalan Tol Jakarta-Merak lalu ke luar pintu tol Rangkasbitung yang selanjutnya mengarah ke Cikeusik Pandeglang.
Bupati Pandeglang Minta Camat Pahami Kondisi Masyarakat
SENIN, 2 JANUARI 2023 12:48
Ceo Agrinex Farm Rifda Ammarina mengungkapkan, luas lahan Kampung Agrinex 27 hektar dan yang sudah ditanami buah-buahan untuk agrowisata petik buah seluas 25 hektar.
“Sudah ditansami tanaman buah kurang lebih 40 jenis buah. Kita punya buah utama di atas 250 pohon itu ada alpukat aligator, ada lengkeng kristal, ada jeruk cokun, jeruk dekopon, alpukat kendil. Ada durian musang king, ada mangga aromanis dan aneka pisang dari berbagai daerah termasuk dari Halmahera,” katanya kepada,Compas kota news.com Senin(2/01/2023).
Banyak buah tropis lain ditanam seperti, nanas manggis, markisa blingbing, cermai, buah buni. Itu semua ada di Kampung Aginex.
“Alhamdulilah sudah berproduksi tapi belum semuanya baru sebagian kecil, targetnya dalam 8 tahun semua akan sudah berproduksi. Sekarang kita masuk baru lima tahun, jadi tiga tahun lagi insyaallah durian musang king juga sudah ada yang berbuah, bisa kita panen,” katanya.
Ketika ditanya apa yang membuat Rifda tertarik berinvestasi di Cikeusik, Rifda mengaku, memilih tempat berinvestasi di Cikeusik karena cinta pandangan pertama. Jujur tidak semua orang memahami cinta di pandangan pertama itu dahsyat.
“Ya jadi cinta pandangan pertama waktu saya ikut seorang teman ke sini namanya kampung IPB. Jadi saya berinvestasi untuk menolong masyarakat miskin, tapi kemudian mereka programnya jadi BLU, yang menurut saya kalau cuman tanaman hutan tidak akan cukup menolong, karena di sini yang saat itu desa sangat tertinggal berdasarkan data BPS tahun 2016,” katanya.
Jadi ia datang ke Desa Cikeusik tahun 2016. Merasa prihatin dengan kondisi masyarakatnya yang masuk desa tertinggal.
“Lalu saya memutuskan untuk berinvestasi karena umur saya saat itu 50 tahun saya merasa ini waktunya di usia 50 tahun saya memberi manfaat kepada masyarakat walaupun saya tidak dibesarkan dan tidak punya darah Banten. Tapi saya rasa Allah membuat bumi ini bulat ini supaya bisa berinteraksi dengan siapapun kita bisa inlove dengan apapun dan ya udah, Allah maha membolak balikan hati manusia membuat saya jujur cinta sama tempat ini dan kemudian berjuang,” katanya.
Salah satu perjuangannya yaitu mengajukan permohonan kepada Pemkab Pandeglang terkait pembangunan akses jalan menuju pelosok desa sepanjang 4,8 kilometer. Sementara ini baru diwujudkan sepanjang 1 kilometer.
“Agar desa sangat miskin di dalam itu bisa menjual hasil panennya dengan harga lebih baik karena terakses infrastruktur lebih baik. Saya juga tengah memperjuangkan sungai dari arah Leuwibalang sampai waduk Cikoncang itu bisa pemerintah dalamin dan perluas supaya bisa menjadi arus lalu lintas petani untuk panen melalui jalur air menggunakan rakit ataupun perahu.
“Jadi kalau kondisinya begitu kan ia tidak bisa bawa hasil panen jadi kalau lewat sungai bisa murah buat mereka. Bisa lebih bawa banyak hasil panen lewat sungai ke Agrinex karena next project saya insyallah kalau ada duit itu saya pingin bikin packing house jadi saya bisa membeli hasil bumi masyarakat Kecamatan Cikeusik untuk kita kemas dan masuk ke Jakarta sebagai produk Agrinex, masuk ke supermarket,” katanya.
Rifda mengakui, kalau sekarang hasil panen buah dipetik dari Kebun Agrinek belum bisa masuk ke Supermarket. Hal itu karena marketnya produk organik.
“Jadi dari temen-temen sendiri saja sudah lebih dari kebutuhan tapi kalau mau masuk supermarket mungkin harga harus lebih bersaing. Maka harga petani kecil itu bisa kompetitif tidak ada tuntunan untuk organik,” katanya.(tf/ckn)