Serang Kota | CompasKotaNews.com – Apa itu Stunting?
Belakangan ini kita sering mendengar tentang Stunting dan sering dibicarakan oleh ibu-ibu yang memiliki anak balita. Stunting dan pendek memang sama-sama menghasilkan tubuh yang tidak terlalu tinggi, namun stunting dan pendek adalah kondisi yang berbeda sehingga membutuhkan penanganan yang tidak sama. Singkatnya stunting adalah pendek namun pendek belum tentu stunting.
Pemaparan yang di sampaikan oleh Kapus Cipocok jaya.
“Stunting pada anak memang harus menjadi perhatian khusus dan harus diwaspadai.
Kondisi ini dapat menandakan bahwa nutrisi anak tidak terpenuhi dengan baik, jika dibiarkan tanpa penanganan yang baik, stunting bisa menimbulkan dampak jangka panjang kepada anak, Anak tidak hanya mengalami hambatan pertumbuhan fisik, tapi nutrisi yang tidak mencukupi juga mepengaruhi kekuatan daya tahan tubuh si Anak hingga perkembangan otak anak tidak berkembang. “Tutur Mulyana
“Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita
(bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat penting
(severety stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) dan tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO. “Sambung Mulyana.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2020 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) menunjukkan angka yang cukup menggembirakan terkait masalah stunting. Angka stunting atau anak tumbuh pendek turun dari 37,2 persen pada Riskesdas 2021 menjadi 30,8 persen pada Riskesdas 2020. Meski tren stunting mengalami penurunan, hal ini masih berada di bawah rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu kurang dari 20 persen. Persentase stunting di Indonesia secara keseluruhan masih tergolong tinggi dan harus mendapat perhatian khusus dari kementrian kesehatan atau dinas terkait di setiap daerah.
Lurah Cipocok jaya Salimah Sebelum membicarakan lebih jauh tentang upaya pencegahan stunting yang dapat kita lakukan, sebaiknya kita juga dan Masyarakat Kelurahan Cipocok jaya harus mengetahui tentang apa dari penyebab stunting itu sendiri, harus cari tau lewat para kader yang sudah terbina dengan baik. “Ungkap Salimah.
Salah satu Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita.
Beberapa penyebab stunting sebagai berikut :
Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan si ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum, pada masa kehamilan dan setelah melahirkan.
Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC (ante natal care) atau pelayanan kesehatan ibu selama masa kehamilan, post natal care atau pelayanan setelah melahirkan dan pembelajaran dini yang berkualitas.
Masih kurangnya akses rumah tangga, keluarga pada makanan bergizi.
Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi
beberapa penyebab seperti yang dijelaskan di atas, telah berkontribusi pada masih tingginya prevalensi stunting di Indonesia dan oleh karenanya diperlukan rencana intervensi yang komprehensif untuk mengurangi prevalensi stunting di Indonesia, umumnya di Provinsi Banten dan kusus nya di Kota Serang. “Tambah Salimah.
Sasaran Stuntung adalah Ibu ibu hamil dilakukan melalui perlindungan ibu hamil terhadap kekurangan zat besi, asam folat, dan kekurangan energi dan protein kronis, perlindungan terhadap kekurangan iodium, dan perlindungan terhadap malaria
Sasaran ibu menyusui dan anak usia 0-6 bulan, dilakukan melalui dorongan pemberian IMD atau Inisiasi menyusui.
Camat Cipocok jaya, Yasin dalam pesan nya terhadap ststus beresiko stunting “Pantau tumbuh kembang bayi atau balita setiap bulan, dan penanganan bayi sakit secara tepat
Sasaran ibu menyusui dan Anak usia 7- 23 bulan, dilakukan melalui dorongan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh pemberian Makanan Pendampingilah ASI (MP -ASI), penyediaan dan pemberiaan obat cacing, pemberiaan suplementasi zink, fortifikasi zat besi ke dalam makanan perlindungan terhadap malaria, pemberian imunisasi, pencegahan dan pengobatan diare
Intervensi sensitif dilakukan melalui bebagai program kegiatan, di antaranya penyediaan akses air bersih, penyediaan akses terhadap sanitasi salah satunya melalui program STBM, fortifikasi bahan pangan oleh Kementerian peetanian.”tegas Yasin.
Camat Cipocok jaya juga memberikan oleh oleh kepada beberapa orang atau balita secara simbolis.
Penyediaan jaminan kesehatan nasional (JKN), penyediaan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal), pemberian pendidikan pengasuhan pada orang tua, pemberian pendidikan anak usia dini universal oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan, Keluarga Berencana (KB), pemberian edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi remaja.
Stunting tahap awal dan pencegahan
Stunting yang terjadi pada tahap awal kehidupan atau usia dini dapat menyebabkan dampak merugikan bagi anak, baik dalam jangka pendek atau jangka panjang. “Ungkas Mulyana
(TF/CKN)