SERANG, CompasKotaNews.com – Pada hari Selasa (21/3) dilaksanakan Pengabdian Kepada Masyarakat dengan tema Seminar Leadership “Creative, Communication, Colaboration, and Critical Thinking”. Seminar ini diisi oleh dua narasumber yaitu Yoyo Subagio, M. Kom (Kaprodi Manajemen Informatika) dan Heny Fitriani, SE, MM, MH.
Seminar dimulai pukul 13.30 dan dibuka oleh MC. Acara kemudian dilanjutkan dengan kata sambutan dari Kepala SMAN 1 Anyer dan diikuti kata sambutan oleh Feby Arma Putra, S. Pd, MM, M. Si selaku Kaprodi Bisnis Digital yang sekaligus secara resmi membuka acara Seminar Leadership “Creative, Communication, Colaboration, and Critical Thinking”
Selanjutnya, acara diisi oleh Yoyo Subagyo selaku pemateri. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa sekarang Indonesia telah sampai pada era post milenial atau lebih dikenal juga dengan era revolusi industri four point zero (4.0).
Salah satu soft kill yang tiada berakhir pembahasannya ialah leadership. Leadership atau kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah “melakukannya dalam kerja” dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari perannya memberikan pengajaran/instruksi.
Artinya bahwa secara umum sebuah leadership akan berjalan lancar apabila terdapat sifat-sifat yang dijadikan keteladanan tersendiri bagi setiap manusia yang termasuk di dalamnya, terutama seorang pemimpin. Sehingga efektifitas suatu leadership akan terealisasi dengan baik dan benar seiring berjalannya era sekarang. Namun bukan namanya keberhasilan bila tanpa ada kendala atau hambatan yang mengahadang..
Terkait dengan hal itu, pendidikan adalah kunci untuk membuka serta menumbuhkembangkangkan sifat, perilaku, dan karakter suatu leadership yang menginginkan keefektifan dalam penyelarasannya dengan zaman. Tentunya juga sebagai langkah antisipasi kemungkinan buruk yang terjadi dalam sebuah leadership. Seperti yang tersurat dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidkan diharapkan dapat mengembangkan potensi diri secara aktif untuk mendapatkan keterampilan, akhlak mulia, kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri, dan kekuatan spiritual keagamaan yang diperlukan oleh dirinya sendiri dan masyarakat. Jika demikian, maka pertanyaan yang muncul kemudian adalah : apa jenis pendidikan yang sesuai dengan era revolusi industri four point zero dewasa ini ? dan bagaimana mengkontektualisasikannya dalam sebuah leadership ? Ungkap Heny Fitriani.
“Adalah pendidikan 4C (bentuk akronim dari : critical thinking, creativity, communication, and collaboration) yang dirasa perlu serta kuat relevansinya dengan era
sekarang ini untuk dijadikan kebutuhan penting dalam sebuah leadership. Pendidikan 4C atau sering juga disebut Pendidikan Keterempilan Abad 21 (PKA 21) ini merupakan salah satu upaya menumbuhkan soft skill generasi milenial pada setiap jenjang pendidikan melalui sistem pendidikan. Dimulai dari sekolah dasar, sekolah menengah hingga pada perguruan tinggi. Tujuannya agar generasi milenial tadi dipandang memadai dan cakap dalam rangka menghadapi era revolusi industri four point zero (4.0) sekarang atau bahkan setelahnya”.
Dalam penerapannya terhadap suatu leadership, pendidikan 4C dapat dikontekstualisasikan sekaligus dijabarkan sebagai berikut :
Pertama, critical thinking atau berpikir kritis. Artinya bahwa seorang leader di dalam menjalankan kepemimpinannya (leadership) harus mampu menganalisis gagasan berdasarkan penalaran logis. Perlu digaris bawahi bahwa berpikir kritis bukanlah berpikir lebih keras, melainkan berpikir lebih baik. Seseorang yang sering mengasah kemampuan berpikir kritis biasanya memiliki tingkat keingintahuan intelektual (intellectual curiosity) yang tinggi. Dan agar mengaplikasikannya dengan baik, setidaknya terdapat tiga langkah yang mesti dilakukan seorang leader antara lain; mempertanyakan segala asumsi sendiri, tidak boleh menelan informasi mentah-mentah bila tidak menegetahui kebenarannya, serta mempertanyakan kembali hal-hal yang ada di sekitar.
Kedua, creativity atau kreativitas. Artinya bahwa suatu leadership yang lahir dari sistem pendidikan ini harus mampu melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk karya atau kinerja baru maupun kombinasi dari halhal yang sudah ada, yang kesemuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Salah satu cara untuk memacu timbulnya kreativitas di kalangan calon leader ialah dengan menunjukkan sikap respektif terhadap perkembangan zaman.
ketiga, communication atau komunikasi. Komunikasi merupakan salah satu faktor penting dalam menjalankan suatu leadership pada suatu organisasi. Tanpa adanya jalinan komunikasi yang baik dan benar, besar kemungkinan semua proses di dalam organisasi tersebut tidak akan dapat berjalan dengan maksimal dan lancar sesuai apa yang telah
direncanakan. Akibatnya justeru mengarah kepada leadership organisasi yang dipandang tidak efektif perihal komunikasi.
Keempat, collaboration atau kolaborasi. Kolaborasi sering disamakan juga dengan kerja sama. Dalam sebuah leadership, kerjasama yang dimaksudkan adalah kerjasama antara leader dengan pengikut serta lader dengan leadership di luar organisasinya (interleadership). Artinya bahwa calon leader yang dibentuk dari pendidikan ini diharuskan mampu menjalin kerja sama yang harmonis, baik dari internal maupun di eksternal kepemimpinannya.
Dari penjabaran pendidikan 4C tersebut sebenarnya dapat dimaknai bahwa kesemuanya (critical thinking, creativity, communcation, and collaboration) mempunyai hubungan satu sama lain yang saling mendukung serta menguatkan. Salah satunya, critical thinking yang menguatkan creativity dalam upaya melahirkan gagasan serta ide baru yang konstruktif agar terhindar dari kevakuman leadership organisasi, dan lain sebagainya.
Namun terlepas dari semua itu, pada intinya sebuah leadership yang menginginkan keefektifan selama proses dalam mencapai tujuannya akan sangat membutuhkan pendidikan 4C. Dengan begitu, diharapkan pula lahir leadership yang leader dan pengikutnya dapat berpikir kritis, memiliki sikap kreatif, selalu terbuka dalam membangun komunikasi, dan berani bekerja sama dengan siapa saja. Sehingga pada akhirnya tujuan suatu organisasi yang menjadi arah khusus yang dituju kepemimpinan akan terwujud dengan maksimal, semua komponen di dalamnya juga akan memiliki helm sendiri atau modal berjaga-jaga dari segala masalah. (Red/CKN) Kontributor : Yonky