Jakarta, 04 Mei 2024 || Compaskotanews.com — Gelombang panas yang parah tengah melanda beberapa negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Peringatan serius dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Badan Meteorologi Dunia (WMO), terkait dampak perubahan iklim ekstrem yang terus menghantui wilayah Asia.
Dalam laporan terbarunya, “State of the Climate in Asia 2023,” WMO menguraikan dampak signifikan dari perubahan iklim, termasuk kenaikan suhu permukaan, pencairan gletser, dan naiknya permukaan air laut. Wilayah Asia mencatat kenaikan suhu yang jauh lebih cepat dibandingkan rata-rata global, dengan tren yang hampir dua kali lipat sejak periode 1961-1990. Hal ini berdampak serius pada masyarakat, ekonomi, dan ekosistem di kawasan tersebut.
Distrik Rajshahi, Pabna, Khulna, Bagerhat, Jessore, Chuadanga, dan Kushtia di Bangladesh mengalami gelombang panas yang intens. Suhu di daerah ini mencapai lebih dari 40 derajat Celsius, menyebabkan gangguan signifikan pada kehidupan sehari-hari dan meningkatkan risiko kesehatan bagi penduduk setempat.
Myanmar menjadi negara yang paling parah terdampak di kawasan ASEAN, dengan suhu mencapai 48,2 derajat Celsius di kota Chauk, wilayah Magway. Angka ini merupakan suhu tertinggi yang pernah dicatat di Myanmar sejak pencatatan dimulai 56 tahun lalu. Pada hari yang sama, suhu di pusat komersial Yangon mencapai 40 derajat Celsius, dan di kota kedua Mandalay mencapai 44 derajat Celsius.
Di Filipina, suhu panas yang ekstrem menyentuh angka 47 derajat Celsius pada 23 April 2024, memaksa sekolah-sekolah untuk beralih ke pembelajaran daring. Aktivitas di luar ruangan terganggu, dan orang-orang lebih memilih untuk tetap di dalam ruangan untuk menghindari panas yang intens. Tumaron, seorang pekerja di resort pantai di Cavite, menggambarkan kondisi tersebut sebagai “sangat panas sampai tak bisa bernafas.”
Thailand juga mengalami suhu yang sangat panas, dengan suhu tertinggi mencapai 44,2 derajat Celsius pada 27 April 2024. Hal ini menyebabkan kematian 30 orang sepanjang tahun ini. Sementara itu, di Kamboja, suhu mencapai angka tertinggi dalam 170 tahun terakhir, menyentuh 43-44 derajat Celsius pada 30 April 2024, yang mendorong pemerintah untuk menutup sekolah demi keselamatan masyarakat.
Di Vietnam, Malaysia, dan Singapura, suhu juga melonjak hingga 40 derajat Celsius pada akhir April 2024, dengan efek panas ekstrem yang mengancam kesehatan dan keselamatan penduduk setempat. Sementara itu, Indonesia menghadapi suhu maksimum di atas 36,5 derajat Celsius di beberapa wilayah, dengan Suhu mencapai 37,0 derajat Celsius di Medan dan 37,8 derajat Celsius di Saumlaki.
Namun, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia, fenomena panas di negara tersebut bukanlah gelombang panas dalam arti sebenarnya. Fenomena ini disebabkan oleh pemanasan permukaan sebagai akibat dari siklus gerak semu Matahari, dan dapat terjadi berulang setiap tahun.
Dengan perubahan iklim yang semakin mempengaruhi dunia, gelombang panas dan dampak iklim ekstrem akan terus menjadi ancaman serius bagi wilayah Asia Tenggara dan sekitarnya. PBB dan organisasi terkait terus mendorong tindakan untuk mengatasi perubahan iklim dan mengurangi dampak buruknya bagi kehidupan dan lingkungan di kawasan ini.
(Tf/red)