Warga Pulo Panjang Menaruh Harapan Pada Pemkab Serang: Lampu Jalan dan Perbaikan Pantai untuk Hidup Lebih Aman
Serang Banten || Compaskotanews.com —
Di balik keindahan pesisir Desa Pulo Panjang, Kabupaten Serang, Banten, tersimpan keluhan dan harapan besar dari warga Kampung Peres. Mereka menyuarakan aspirasi yang sudah lama terpendam: penerangan jalan dan perbaikan infrastruktur pantai yang semakin rusak akibat abrasi.
Permintaan itu kembali digaungkan oleh Ketua RT/RW 01/02 Kampung Peres, Husaeri, yang menyatakan bahwa abrasi yang melanda wilayah tersebut sudah mencapai tahap yang mengkhawatirkan. Sampah kiriman dari laut yang terbawa ombak pasang kian memperparah situasi, membuat warga yang tinggal dekat garis pantai hidup dalam ketidakpastian.
“Terakhir kali ada perbaikan itu tahun 2014. Sekarang kondisi sudah jauh lebih parah,” ujar Husaeri. Ia menekankan pentingnya tindakan cepat dari pemerintah daerah untuk mencegah kerusakan yang lebih luas.
Selain infrastruktur pantai, Husaeri juga menyoroti pentingnya lampu penerangan jalan di sepanjang bibir pantai. Ia mengaku sudah mengajukan permohonan pada tahun 2023, namun anggaran dialihkan untuk pengadaan motor ambulans yang juga sangat dibutuhkan warga.
“Lampu ini penting, terutama untuk nelayan kecil yang biasa melaut di malam hari. Tanpa pencahayaan, aktivitas mereka jadi sangat berisiko,” tambahnya.
Keluhan lain datang dari sisi pertahanan pantai. Pembatas atau tanggul yang ada saat ini dianggap terlalu rendah untuk menahan gelombang pasang. Akibatnya, air laut dan sampah kerap masuk ke rumah warga saat cuaca ekstrem melanda.
“Kalau air laut naik, rumah kami langsung kebanjiran. Kami butuh pembatas yang lebih tinggi dan kokoh,” tutur Husaeri, menggarisbawahi pentingnya peningkatan infrastruktur.
Selain abrasi, persoalan pengelolaan sampah juga tak kalah genting. Karena keterbatasan fasilitas, sebagian besar warga masih membakar sampah rumah tangga, sebuah praktik yang berpotensi menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan.
Meski demikian, tidak semua kabar datang dengan nuansa kelam. Kini, Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Pulo Panjang telah beroperasi 24 jam penuh, sebuah kemajuan signifikan setelah sebelumnya hanya menyala secara terbatas.
Namun, kendala komunikasi digital masih menjadi tantangan besar. Banyak titik di desa ini yang mengalami sinyal lemah. Akses internet hanya bisa diperoleh melalui voucher WiFi lokal dengan jangkauan yang sangat terbatas.
Di sisi lain, upaya pemerintah dalam penyediaan rumah layak huni terus berjalan. Beberapa warga telah menerima bantuan program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang direalisasikan dalam bentuk fisik bangunan. Namun, kebutuhan akan hunian yang layak masih tinggi, terutama di kampung-kampung lain yang belum tersentuh bantuan.
Potensi Pulo Panjang di bidang kelautan dan pariwisata sebenarnya sangat besar. Lanskap alamnya menyimpan peluang ekonomi yang menjanjikan, terutama jika ditunjang oleh infrastruktur yang memadai dan lingkungan yang tertata.
Namun, untuk bisa berkembang secara berkelanjutan, perhatian pemerintah harus menyentuh aspek paling mendasar: penerangan, perlindungan garis pantai, pengelolaan sampah, hingga kemudahan akses komunikasi.
Masyarakat setempat tidak menginginkan kemewahan, melainkan kenyamanan dan keamanan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Harapan mereka sederhana, namun penting: cahaya di malam hari dan pantai yang tak lagi mengancam.
Dengan sinergi antara warga, pemerintah daerah, dan pusat, Desa Pulo Panjang bisa menjadi contoh kawasan pesisir yang berkembang secara berimbang antara potensi ekonomi dan ketahanan lingkungan.
(Tf/red)