90 Bangunan di Beberapa Kecamatan di Kabapten Serang Terendam Banjir Akibat Hujan Deras, Warga Diminta Waspada dan Peduli Lingkungan

oleh

SERANG BANTEN || Compaskotanews.com —
Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Serang, Provinsi Banten, pada Selasa malam (17/6), mengakibatkan banjir yang merendam puluhan rumah warga, fasilitas pendidikan, tempat ibadah, hingga kantor desa. Bencana ini menyentak kesadaran akan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat menghadapi musim hujan yang datang setiap tahun.

Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Serang pada Rabu (18/6) mencatat sedikitnya 90 bangunan terdampak. Banjir merendam dua wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Baros dan Kecamatan Pulo Ampel, dengan tingkat genangan bervariasi antara 40 hingga 50 sentimeter.

Floating Ad with AdSense
X

Di Kecamatan Baros, tepatnya di Kampung Pulo Kiong, Desa Baros, tercatat sebanyak 23 rumah warga, 14 kios, serta kantor kepala desa ikut terendam air. Warga setempat sempat panik karena air naik cukup cepat usai hujan deras turun selama beberapa jam.

Sementara itu, dampak lebih besar terjadi di Kecamatan Pulo Ampel. Di Kampung Gunung Butak dan Kampung Buah Gede, Desa Banyuwangi, serta Kampung Sumurwuluh, Desa Margasari, sebanyak 67 rumah warga terdampak. Tak hanya itu, satu musala dan bangunan Sekolah MTS Al-Jauharotunnaqiah juga terendam air.

Pengendali Operasi Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kabupaten Serang, Joni Effendi, menyampaikan bahwa pihaknya mulai menerima laporan kejadian pada Selasa malam pukul 23.00 WIB. Tim langsung dikerahkan untuk melakukan asesmen dan membantu warga yang terdampak.

Menurut Joni, penyebab utama banjir adalah jebolnya tanggul di wilayah Pulo Ampel dan buruknya sistem drainase yang menyebabkan air tidak dapat mengalir dengan lancar. Kondisi ini membuat luapan air masuk ke pemukiman warga dengan cepat.

BACA JUGA :  Malam Tasakuran Atas Rasa Suykur Kang Dadit dan Bu Mamah Bisa Pergi Umroh Atas Doa Warga BSD (boekit serang damai)

“Selain tanggul yang jebol, saluran drainase yang sempit dan tidak terawat juga memperparah kondisi. Air tidak bisa tertahan dan akhirnya masuk ke rumah-rumah,” ujar Joni dalam keterangannya kepada media.

Meski banjir cukup mengganggu aktivitas warga, beruntung tidak ada laporan korban jiwa dalam peristiwa ini. Sebagian warga memilih bertahan di rumah masing-masing sambil menunggu air surut, dan belum ada laporan pengungsian massal.

Tinggi muka air yang sempat mencapai 50 cm kini mulai berangsur surut. Namun, BPBD tetap mengimbau masyarakat untuk waspada, mengingat curah hujan masih tinggi dalam beberapa hari ke depan.

Dalam upaya pencegahan bencana serupa, BPBD Kabupaten Serang mengajak masyarakat untuk melakukan mitigasi mandiri. Hal ini meliputi pemetaan potensi bencana di lingkungan sekitar, menjaga kebersihan saluran air, serta menyimpan nomor-nomor darurat.

“Musim hujan adalah siklus yang akan terus datang. Yang penting adalah bagaimana kita mempersiapkan diri dengan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan,” tegas Joni.

Ia juga menekankan pentingnya gotong royong masyarakat dalam menjaga saluran air, membersihkan sampah di lingkungan, dan memperbaiki sistem resapan agar air hujan tidak langsung menggenangi permukiman.

Pemerintah Kabupaten Serang sendiri dikabarkan sedang menyusun rencana jangka panjang terkait perbaikan infrastruktur drainase dan penguatan tanggul di daerah rawan banjir seperti Pulo Ampel dan Baros.

Namun, partisipasi aktif masyarakat tetap dianggap sebagai kunci utama dalam penanganan bencana. Pemerintah tidak dapat bekerja sendiri tanpa dukungan warga dalam menjaga dan memelihara lingkungan sekitarnya.

Kejadian ini juga menjadi pengingat bagi pemerintah desa dan daerah untuk mempercepat program normalisasi saluran air serta evaluasi terhadap titik-titik rawan bencana. Kesigapan dan kecepatan tanggap darurat juga perlu terus ditingkatkan.

BACA JUGA :  Jaga Harga Pangan, Tekan Inflasi, Masyarakat Dapat Membeli Paket Sembako di Bazar Kantor Pertanahan se - Provinsi Banten

Bencana banjir di Kabupaten Serang kali ini bisa dibilang menjadi pelajaran kolektif. Tidak hanya untuk pemerintah, tetapi juga bagi masyarakat luas tentang pentingnya sinergi dalam menghadapi bencana yang bersifat rutin namun bisa berdampak besar.

Dengan kondisi cuaca yang masih berpotensi ekstrem, kewaspadaan dan kesiapan menjadi hal mutlak. Semua pihak diharapkan terus bersinergi agar kejadian serupa tidak terulang dengan dampak yang lebih parah.

(Toni f/red)