Serang Kota, 12 Nopember 2024 || Compaskotanews.com —
Pilkada Kota Serang tahun 2024 semakin mendekati puncaknya, dan suasana politik pun kian memanas. Beberapa pasangan calon (paslon) mulai melancarkan strategi kampanye yang beragam, bahkan tak jarang disertai klaim yang menimbulkan kontroversi. Salah satu paslon menyatakan dengan percaya diri bahwa hasil survei menunjukkan posisi mereka berada di peringkat tertinggi, mengalahkan dua paslon lainnya, termasuk pasangan Safrudin-Heriyanto dan Ratu Ria-Subadri.
Dukungan terhadap paslon nomor 3 ini tidak hanya datang dari tim sukses resmi, tetapi juga dari sejumlah organisasi masyarakat (Ormas) dan relawan yang fanatik. Mereka menegaskan bahwa klaim unggulnya paslon mereka adalah bukti keberhasilan kampanye yang dilakukan sejauh ini. Namun, klaim tersebut juga menimbulkan kecemasan di kalangan pendukung paslon lain yang merasa bahwa data survei tersebut belum tentu akurat.
Tim pendukung Safrudin-Heriyanto, salah satu paslon yang turut berkompetisi dalam Pilkada ini, menyoroti bahwa klaim tersebut bisa berdampak buruk. Menurut mereka, klaim sepihak yang menyatakan paslon tertentu sebagai yang paling unggul adalah bentuk manipulasi opini publik yang berpotensi membodohi masyarakat Kota Serang.
Kontroversi makin memanas setelah munculnya pemberitaan yang menyebutkan bahwa survei internal menunjuk paslon nomor 3 hanya mendapat 4% dukungan dari responden. Hasil ini diambil dari tayangan yang dirilis oleh sebuah lembaga survei politik terkemuka pada tanggal 12 November 2024, yang menarik perhatian masyarakat luas.
Dalam perkembangan lainnya, muncul pula kekhawatiran bahwa klaim-klaim yang saling bertentangan ini hanya akan memperburuk suasana Pilkada Kota Serang. Beberapa pihak menilai bahwa politik Kota Serang tidak hanya menjadi panggung bagi kandidat tetapi juga menyisakan banyak ruang untuk ketidakpercayaan publik akibat klaim yang dianggap sepihak.
Pendukung paslon nomor 3 merasa bahwa laporan survei ini merugikan paslon mereka. Mereka mempertanyakan keabsahan data yang disebarkan, mengklaim bahwa angka tersebut tidak mencerminkan kenyataan di lapangan. Sejumlah pengamat politik lokal pun ikut bersuara, menyatakan bahwa klaim-klaim hasil survei yang terlalu berlebihan dapat merusak semangat demokrasi dan mencederai prinsip keadilan.
Sementara itu, paslon Safrudin-Heriyanto yang sempat disebut berada di posisi bawah dalam survei ini tetap optimis menghadapi persaingan. Mereka menyatakan akan fokus pada program nyata yang ditawarkan kepada masyarakat, alih-alih terpancing oleh klaim-klaim dari pihak lawan.
Perdebatan pun merambah ke media sosial, di mana para pendukung dari masing-masing paslon ramai-ramai menyuarakan pandangan mereka. Diskusi yang berlangsung di dunia maya ini bahkan memperlihatkan tajamnya perpecahan di kalangan masyarakat Kota Serang terkait siapa calon pemimpin yang lebih layak memimpin kota ke depan.
Tak sedikit masyarakat yang menganggap bahwa klaim sepihak semacam ini tidak sehat bagi iklim demokrasi. Beberapa dari mereka merasa bahwa klaim ini dapat mengaburkan visi dan misi calon pemimpin, yang seharusnya menjadi fokus utama dalam proses Pilkada.
Pakar komunikasi politik menyebutkan bahwa penyebaran klaim yang belum terverifikasi dapat merusak kepercayaan masyarakat pada proses Pilkada. Mereka menekankan pentingnya bersikap objektif dan transparan dalam menyajikan informasi kepada publik.
Selain itu, beberapa pihak menyerukan kepada media dan tim kampanye paslon agar lebih bertanggung jawab dalam menyampaikan informasi yang dapat dipercaya. Pasalnya, informasi yang bias atau berlebihan hanya akan memperkeruh suasana Pilkada yang seharusnya berlangsung damai dan jujur.
Kekhawatiran ini pun mendorong beberapa elemen masyarakat untuk mendesak agar lembaga-lembaga survei lebih berhati-hati dalam mempublikasikan hasil survei mereka. Masyarakat berharap bahwa data yang dipublikasikan benar-benar akurat dan mencerminkan realitas politik di Kota Serang.
Dengan semakin dekatnya hari pemilihan, tensi politik Kota Serang diperkirakan akan terus meningkat. Semua paslon diharapkan dapat menjaga etika dan sportifitas dalam bersaing, sehingga Pilkada ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi politik, tetapi juga contoh demokrasi yang sehat.
Situasi ini menjadi perhatian bagi Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat yang berkomitmen menjaga netralitas dan transparansi dalam seluruh tahapan Pilkada. KPU berjanji akan menindak tegas jika ada pihak yang terbukti melakukan kecurangan atau manipulasi data demi kepentingan politik.
Masyarakat Kota Serang berharap agar proses Pilkada 2024 ini dapat menghasilkan pemimpin yang benar-benar mampu membawa perubahan positif, tanpa harus terjerat dalam praktik-praktik yang dapat merusak kepercayaan terhadap demokrasi.
(Tf/Red)