H. Namin Diri nya tetap memegang teguh terhadap kaedah beragama dalam berpolitik.
Serang Kota || Compaskotanews.com — Pada dasarnya, Banten, khususnya bagi umat muslim, telah memiliki panduan hidup melalui Al-Qur’an dan Sunah. Namun, ironisnya, banyak yang menyaksikan bahwa di Barat, nilai-nilai Islam tampak lebih mendarah daging, dengan moralitas yang jauh lebih unggul dibandingkan Indonesia. Pengamatan ini menunjukkan perbedaan dalam tingkat integritas moral antara Barat dan Indonesia.
Seorang tokoh lokal H. Namin menegaskan bahwa etika politik di Indonesia seringkali terhenti pada tingkat kampanye dan hanya bersifat samar. Menurutnya, di Barat, para pengusaha kelas atas tidak terjun ke bisnis yang lebih rendah setelah mencapai puncak kesuksesan. Sebaliknya, di Indonesia, keinginan untuk menguasai segala aspek bisnis sering kali tampak mendominasi.
Pertarungan dalam pemilihan legislatif dianggap sebagai refleksi keselarasan masyarakat di Kota Serang. Para tokoh lokal H. Namin berpendapat bahwa politik harus dijalankan secara beradab dan santun. Mereka mencoba menerapkan politik yang mencerminkan keselarasan dan keberadaban masyarakat.
Untuk membangun moralitas politik, para pemimpin di Kota Serang mengajak masyarakat untuk lebih cerdas dalam berpolitik, dengan landasan utama pada akhlak. Mereka meyakini bahwa moralitas yang kuat akan membawa pada kekuasaan yang beradab dan mensejahterakan, bukan yang hanya mengutamakan keuntungan pribadi.
Dalam pandangannya, Bumi ini memiliki cukup sumber daya untuk memenuhi kebutuhan manusia, namun kerakusan harus dihindari. Harapannya, ke depan, moralitas politik dapat tumbuh dan berkembang, dengan kunci utamanya adalah tidak meninggalkan kewajiban beribadah, termasuk sholat wajib dan rawatib.
Seorang tokoh menceritakan bahwa selama perayaan muludan dan hari besar Islam, mereka sering mendapat undangan untuk hadir dalam acara tersebut. Meskipun mereka telah memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai calon legislatif dari Partai Golkar, mereka menekankan bahwa berbicara politik seharusnya tidak menjadi fokus utama ketika menerima tamu. Mereka menghormati tamu dengan tidak membahas politik di hadapan mereka, bahkan jika tamu mencoba membawa topik tersebut.
Dalam pandangan mereka, biarlah politik mengalir secara alami dari hati masyarakat yang ingin memilih. Mereka berkomitmen untuk membahas isu politik dengan tim yang telah mereka bentuk, menunjukkan bahwa pembicaraan politik seharusnya terjaga dengan baik dan bukan sesuatu yang terlalu eksposif di depan umum.
(Toni f/red)