
Serang Kota, 12 September 2024 || Compaskotanews.com — tengah menghadapi tantangan serius dalam menanggulangi pengangguran yang semakin meningkat. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kota Serang mengakui kesulitan menyerap para pencari kerja (pencaker), terutama di tengah tingginya angka pengangguran di wilayah tersebut. Kepala Disnakertrans Kota Serang, Poppy Nopriadi, menyampaikan bahwa saat ini mereka tidak mampu menampung seluruh pencaker yang ada.
Data yang dihimpun hingga akhir tahun 2023 menunjukkan bahwa terdapat sekitar 27.125 pengangguran di Kota Serang. Angka ini mencerminkan betapa mendesaknya kebutuhan akan lapangan pekerjaan yang lebih banyak dan berkualitas. Namun, Poppy juga menekankan bahwa data yang ada hanya mencakup pencari kerja aktif, sementara mereka yang tidak terdaftar sebagai pencaker, namun tetap menganggur, belum sepenuhnya terdata.
Sebagai tambahan, forum HRD se-Kota Serang yang terdiri dari 45 perusahaan turut mengakui bahwa peluang kerja yang ada sangat terbatas. Pada Agustus 2024, tercatat sekitar 6.000 hingga 7.000 pencaker di Kota Serang, namun hasil penempatan kerja dari kegiatan job fair yang dilakukan Disnakertrans sangat minim. Dari 450 peserta job fair terakhir, hanya 65 orang yang berhasil mendapatkan pekerjaan.
Keterbatasan ini bukan hanya disebabkan oleh minimnya lowongan kerja, tetapi juga karena ketidaksesuaian kompetensi pencaker dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Poppy mengungkapkan bahwa saat ini lebih banyak perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) daripada membuka lowongan kerja baru, memperburuk situasi pengangguran.
Permasalahan ini semakin diperparah dengan terbatasnya kuota pada job fair yang diselenggarakan oleh Disnakertrans. Poppy menyatakan bahwa pelatihan tenaga kerja adalah salah satu solusi yang bisa dilakukan untuk meningkatkan keterampilan para pencaker, meski jumlah pelatihan yang dapat diadakan juga terbatas oleh minimnya anggaran.
Poppy juga menekankan bahwa rendahnya anggaran yang dimiliki Disnakertrans menjadi hambatan utama dalam menangani persoalan ini. Menurutnya, Disnakertrans memiliki anggaran paling kecil dibandingkan dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lainnya, sehingga upaya untuk menekan angka pengangguran tidak dapat dilakukan secara optimal.
Meskipun pelatihan tenaga kerja telah diadakan, jumlahnya masih belum cukup untuk mengatasi masalah ini. Disnakertrans berusaha keras untuk memberikan pelatihan-pelatihan tersebut, namun dengan dana yang terbatas, hasilnya juga tidak bisa maksimal. Meski demikian, pelatihan ini tetap dianggap sebagai langkah positif untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja.
Keterbatasan ini menjadi dilema serius bagi pemerintah daerah. Jumlah pengangguran yang tinggi, ditambah dengan terbatasnya lapangan pekerjaan, membuat pengangguran di Kota Serang semakin sulit diatasi. Poppy menambahkan bahwa jika tidak ada solusi konkret dalam waktu dekat, masalah ini berpotensi semakin memburuk.
Upaya kolaboratif antara pemerintah dan sektor swasta diharapkan dapat menjadi jalan keluar. Forum HRD Kota Serang berencana untuk memperkuat kerja sama dengan Disnakertrans guna mencari solusi terbaik, termasuk menciptakan lebih banyak program pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan industri saat ini.
Namun, tetap saja, tantangan yang dihadapi tidak hanya pada sisi pencaker, tetapi juga pada kemampuan perusahaan dalam menyediakan lapangan pekerjaan. Dengan kondisi ekonomi yang sedang tidak menentu, banyak perusahaan yang justru memilih untuk mengurangi tenaga kerja ketimbang melakukan perekrutan baru.
Disnakertrans berharap dukungan dari pemerintah pusat dapat ditingkatkan untuk menambah anggaran dalam memperluas program-program pelatihan dan membuka lebih banyak lapangan pekerjaan. Mereka juga berharap agar ada insentif bagi perusahaan yang mau membuka lebih banyak lowongan kerja bagi pencaker lokal.
Sementara itu, masyarakat Kota Serang tetap menantikan solusi konkret dari pemerintah daerah untuk mengatasi masalah pengangguran yang semakin kompleks. Tantangan ini tidak hanya membutuhkan perencanaan yang matang, tetapi juga implementasi yang efektif dan berkelanjutan.
(Tf/red)