CompasKotaNews.com – Kasus penembakan yang menewaskan seorang bos rental mobil, yang belakangan diketahui bernama Rudi Santoso, menjadi sorotan publik dalam beberapa hari terakhir.
Peristiwa ini tidak hanya menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban, tetapi juga memicu pertanyaan besar terkait keadilan hukum di Indonesia. Anak korban, yang bernama Clara Santoso, dengan suara penuh emosional, meluapkan kekesalannya terhadap sistem hukum yang dinilainya tidak berpihak pada keluarga mereka.
Kronologi Kejadian
Peristiwa tragis ini terjadi di sebuah kawasan jalan raya di Surabaya pada malam hari. Berdasarkan laporan saksi mata, Rudi yang dikenal sebagai pemilik salah satu rental mobil terbesar di kota tersebut, tengah mengejar seorang pelaku yang diduga melakukan penggelapan mobil miliknya. Kejar-kejaran tersebut berujung pada insiden di mana suara tembakan terdengar.
Menurut keterangan polisi, Rudi ditemukan tewas dengan luka tembak di bagian dada. Namun, fakta mencengangkan muncul ketika beberapa saksi mengaku bahwa sebelum penembakan terjadi, Rudi sempat dikeroyok oleh sekelompok orang yang diduga terkait dengan pelaku penggelapan mobil.
Clara, anak sulung korban, mengungkapkan bahwa ayahnya sudah sejak lama merasa terancam oleh pihak tertentu terkait bisnis rental mobil mereka. “Papa sering bilang kalau ada yang tidak suka sama bisnis kita. Tapi papa selalu bilang, ‘Kita harus jalan terus, yang penting jujur,’” ujar Clara dalam wawancaranya dengan media.
Tangis Clara Pecah
Dalam sebuah konferensi pers yang digelar keluarga korban, Clara tidak kuasa menahan tangisnya. Ia mengungkapkan kekecewaannya terhadap pihak berwenang yang dinilai lamban dalam menangani kasus ini. “Kami kehilangan papa, tapi yang lebih menyakitkan adalah tidak ada keadilan. Susah mencari keadilan di negara ini!” serunya sambil menangis.
Clara juga menyebut bahwa keluarganya merasa diabaikan oleh aparat penegak hukum. “Kami sudah memberikan semua bukti. CCTV, saksi mata, semuanya. Tapi sampai sekarang, belum ada tindakan nyata. Kenapa? Karena kami orang kecil?” tambahnya dengan nada penuh amarah.
Dugaan Pengeroyokan
Fakta bahwa Rudi diduga dikeroyok sebelum akhirnya ditembak membuat kasus ini semakin rumit. Beberapa saksi di lokasi kejadian mengungkapkan bahwa ada sekitar 4-5 orang yang terlihat memukuli korban saat ia mencoba menghentikan pelaku penggelapan.
Salah seorang saksi, yang enggan disebutkan namanya, mengatakan, “Saya lihat korban sempat berteriak minta tolong. Tapi orang-orang itu terus memukulinya, sebelum akhirnya terdengar suara tembakan.”
Keluarga korban menduga bahwa pengeroyokan tersebut bukanlah insiden spontan, melainkan aksi yang sudah direncanakan. “Ini jelas bukan sekadar penggelapan mobil. Ada motif lain yang lebih besar, dan kami yakin polisi juga tahu itu,” kata Clara.
Respons Pihak Berwenang
Hingga saat ini, pihak kepolisian Surabaya mengaku masih melakukan penyelidikan intensif terkait kasus ini. Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Andika Wijaya, mengatakan bahwa pihaknya sudah mengamankan beberapa barang bukti, termasuk rekaman CCTV di sekitar lokasi kejadian.
“Kami memastikan bahwa kasus ini akan ditangani secara transparan dan profesional. Tidak ada yang ditutup-tutupi,” ujar Andika dalam konferensi pers.
Namun, pernyataan ini justru menuai kritik dari publik yang menilai bahwa langkah-langkah yang diambil polisi terlalu lamban. Netizen di media sosial bahkan ramai-ramai menggunakan tagar #KeadilanUntukRudi sebagai bentuk dukungan kepada keluarga korban dan desakan kepada aparat penegak hukum untuk segera menuntaskan kasus ini.
Kritik terhadap Sistem Hukum
Kasus ini juga membuka kembali luka lama masyarakat Indonesia terkait lemahnya sistem hukum di tanah air. Banyak pihak yang menganggap bahwa keadilan sering kali berpihak pada mereka yang memiliki kuasa atau uang.
Sosiolog Universitas Airlangga, Dr. Dedi Saputra, mengatakan bahwa kasus seperti ini mencerminkan masih adanya masalah struktural dalam sistem hukum Indonesia. “Ketika sebuah kasus melibatkan pihak-pihak tertentu yang memiliki pengaruh, sering kali proses hukum menjadi tidak transparan. Ini adalah tantangan besar yang harus dihadapi oleh pemerintah,” ujarnya.
Menurut Dedi, penting bagi masyarakat untuk terus mengawal kasus-kasus seperti ini agar tidak hilang begitu saja. “Kita harus memastikan bahwa tidak ada yang kebal hukum, siapa pun dia,” tambahnya.
Dukungan Publik
Di tengah kesedihan dan perjuangan keluarga korban, dukungan terus mengalir dari berbagai pihak. Sejumlah organisasi masyarakat dan aktivis hak asasi manusia menyatakan solidaritas mereka kepada keluarga Rudi.
“Kami tidak hanya berbicara tentang kehilangan nyawa, tetapi juga tentang bagaimana masyarakat kecil sering kali tidak mendapatkan keadilan. Kami akan terus mengawal kasus ini,” kata Anita Lestari, seorang aktivis HAM yang turut hadir dalam konferensi pers keluarga korban.
Netizen juga memainkan peran penting dalam menyuarakan dukungan mereka. Banyak yang membagikan kisah Rudi di media sosial, lengkap dengan tagar #KeadilanUntukRudi. Beberapa bahkan menginisiasi petisi online yang ditujukan kepada Kapolri untuk turun tangan langsung menangani kasus ini.
Kasus penembakan yang menewaskan bos rental mobil ini bukan hanya soal hilangnya nyawa seseorang, tetapi juga ujian besar bagi sistem hukum Indonesia. Tangisan Clara, yang mencerminkan kekecewaan mendalam terhadap ketidakadilan, seharusnya menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa keadilan bukanlah milik segelintir orang, melainkan hak setiap warga negara.
Keluarga Rudi dan publik yang peduli hanya memiliki satu harapan: agar keadilan ditegakkan tanpa pandang bulu. Sebagaimana yang dikatakan Clara di akhir konferensi pers, “Kami hanya ingin satu hal—keadilan untuk papa kami. Tidak lebih, tidak kurang.” (Red/CKN)