Baru Sebulan Menjabat, Dirjen Migas Langsung Dinonaktifkan! Ini Alasan Mengejutkannya

oleh
Baru Sebulan Menjabat, Dirjen Migas Langsung Dinonaktifkan! Ini Alasan Mengejutkannya
Baru Sebulan Menjabat, Dirjen Migas Langsung Dinonaktifkan! Ini Alasan Mengejutkannya

CompasKotaNews.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, telah mengambil langkah tegas dengan menonaktifkan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) yang baru menjabat kurang dari sebulan. Keputusan ini diambil sebagai respons terhadap penurunan produksi minyak dan gas bumi (migas) Indonesia yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir.

Pada tahun 1996-1997, lifting minyak Indonesia mencapai 1,6 juta barel per hari (BOPD), memberikan kontribusi sekitar 40-50% terhadap pendapatan negara. Namun, produksi tersebut terus menurun hingga saat ini hanya mencapai 600 ribu BOPD, memaksa Indonesia mengimpor sekitar 900 ribu hingga 1 juta BOPD untuk memenuhi kebutuhan domestik.

Floating Ad with AdSense
X

Untuk mengatasi masalah ini, Bahlil menyoroti pentingnya optimalisasi sumur-sumur migas yang ada, termasuk reaktivasi sumur-sumur yang tidak beroperasi (idle). Dari total 44.900 sumur di Indonesia, hanya 16.990 yang aktif, sementara 5.000-an lainnya dalam kondisi idle. Mayoritas sumur idle ini dikelola oleh Pertamina. Bahlil menegaskan bahwa jika sumur-sumur tersebut tidak segera diaktifkan, pemerintah akan mempertimbangkan pencabutan izin pengelolaannya dan menawarkan kepada perusahaan lain yang mampu meningkatkan produksi.

Selain itu, Bahlil mendorong penerapan teknologi seperti Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk meningkatkan produksi migas. Sebagai contoh, ExxonMobil berhasil meningkatkan lifting mereka menjadi 150 ribu BOPD melalui intervensi teknologi. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan produksi migas Indonesia dapat ditingkatkan tanpa perlu eksplorasi baru yang memakan waktu dan biaya lebih besar.

Bahlil juga menekankan pentingnya eksplorasi migas di wilayah Indonesia Timur yang masih memiliki potensi cadangan baru. Pemerintah berencana mendorong percepatan eksplorasi melalui skema kerja sama dan insentif yang lebih menarik bagi investor.

Dengan serangkaian langkah strategis ini, pemerintah berharap dapat meningkatkan produksi migas nasional, mengurangi ketergantungan pada impor, dan memperkuat ketahanan energi Indonesia.