Kekacauan di Nepal: 13.500 Tahanan Melarikan Diri, Militer Ambil Alih Kendali Negara

oleh
Kekacauan di Nepal: 13.500 Tahanan Melarikan Diri, Militer Ambil Alih Kendali Negara
Kekacauan di Nepal: 13.500 Tahanan Melarikan Diri, Militer Ambil Alih Kendali Negara

Kekacauan di Nepal: 13.500 Tahanan Melarikan Diri, Militer Ambil Alih Kendali Negara

Jakarta, CompasKotaNews.com – Situasi di Nepal semakin memanas akibat aksi demonstrasi yang berubah menjadi kerusuhan besar-besaran. Sejak awal pekan ini, negara Himalaya tersebut dilanda gejolak politik terparah dalam 20 tahun terakhir, yang mengakibatkan penggulingan perdana menteri dan penjarahan berbagai fasilitas pemerintahan, termasuk pembakaran gedung parlemen serta kediaman pejabat tinggi.

Berdasarkan laporan terbaru pada Rabu malam waktu setempat (11/9/2025), seperti dikutip dari sumber berita internasional, kondisi di Nepal tetap tegang. Sebanyak 13.500 tahanan dilaporkan berhasil melarikan diri dari berbagai penjara di seluruh negeri di tengah kekacauan yang dipicu oleh gelombang protes.

Floating Ad with AdSense
X

“Tiga anggota polisi tewas pada hari Selasa, dan lebih dari 13.500 narapidana berhasil kabur dari fasilitas penahanan di berbagai wilayah,” ujar Binod Ghimire, juru bicara Kepolisian Nepal, dalam pernyataannya.

Sementara itu, angkatan bersenjata Nepal telah mengambil alih pengamanan di ibu kota Kathmandu usai melakukan negosiasi dengan tokoh-tokoh demonstran. Pasukan militer kini berjaga di jalan-jalan utama kota untuk meredam aksi unjuk rasa yang telah menewaskan puluhan orang. Kendaraan lapis baja militer terlihat bergerak di antara puing-puing kendaraan dan bangunan yang hangus terbakar, sementara petugas keamanan mengumumkan imbauan ketenangan melalui megafon di tengah kekosongan kepemimpinan politik.

Jenderal Ashok Raj Sigdel, Panglima Tertinggi Angkatan Darat Nepal, telah menggelar pertemuan dengan berbagai pihak terkait, termasuk perwakilan dari kelompok pemuda Generasi Z yang menjadi penggerak utama gerakan ini. “Kita harus menyatukan para pakar untuk menemukan solusi ke depan,” ungkap Shushila Karki, mantan Ketua Mahkamah Agung Nepal berusia 73 tahun, yang disebut-sebut sebagai kandidat potensial untuk memimpin transisi sementara.

BACA JUGA :  Pria di Serang Banten Bunuh Pencuri, Mahfud Angkat Bicara dan Singgung Kasus Remaja Lawan Begal di Bekasi

Awal mula kerusuhan ini bermula dari demonstrasi di Kathmandu yang menolak kebijakan pembatasan akses media sosial oleh pemerintah serta isu korupsi endemik. Kelompok pemuda yang menyebut diri sebagai “Gen Z” menjadi katalisator utama, dengan kemarahan mereka yang meledak menjadi aksi kekerasan nasional. Sebanyak 19 jiwa melayang akibat respons keras aparat, yang memicu pembakaran gedung-gedung pemerintahan di berbagai daerah. Pada Selasa, sekelompok massa mendadak menyerbu dan membakar kediaman mantan Perdana Menteri KP Sharma Oli, menambah eskalasi konflik yang belum kunjung mereda. (Red/CKN)