Kontroversi Tambang Galian C Dekat SMAN 1 Cimarga Lebak: Jalan Berlubang dan Lingkungan Tercemar

oleh
Kontroversi Tambang Galian C Dekat SMAN 1 Cimarga Lebak: Jalan Berlubang dan Lingkungan Tercemar
Kontroversi Tambang Galian C Dekat SMAN 1 Cimarga Lebak: Jalan Berlubang dan Lingkungan Tercemar

Kontroversi Tambang Galian C Dekat SMAN 1 Cimarga Lebak: Jalan Berlubang dan Lingkungan Tercemar

Lebak, CompasKotaNews.com – Aktivitas penambangan galian C di wilayah Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten, tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat setelah video lokasinya yang berdekatan dengan SMA Negeri 1 Cimarga menyebar luas di platform media sosial. Fenomena ini tidak hanya menyoroti potensi pelanggaran lingkungan, tetapi juga dampak nyata terhadap infrastruktur jalan raya yang semakin memprihatinkan.

Berdasarkan investigasi di lapangan, lokasi penambangan tersebut memang berada cukup dekat, hanya sekitar satu kilometer dari gedung sekolah SMA Negeri 1 Cimarga. Dari citra satelit seperti yang terlihat di Google Maps, area tambang tampak membentang luas dengan genangan air berwarna putih yang mirip sawah tergenang. Kondisi aktual di lokasi pun serupa: terdapat beberapa unit alat berat seperti ekskavator yang sibuk membersihkan pasir, kolam besar berisi air kebiruan, serta deretan truk pengangkut material yang antre untuk dimuat. Tak ketinggalan, ada fasilitas bengkel sederhana untuk merawat mesin-mesin berat tersebut.

Floating Ad with AdSense
X

Hingga saat ini, status perizinan operasi tambang ini masih menjadi tanda tanya besar. Belum ada konfirmasi resmi apakah kegiatan ini telah mengantongi izin lengkap dari otoritas terkait, yang tentunya menjadi isu krusial mengingat regulasi penambangan yang ketat di Indonesia.

Kondisi Jalan Raya Leuwidamar yang Memprihatinkan Akibat Aktivitas Tambang

Salah satu dampak paling terlihat dari keberadaan tambang galian C ini adalah kerusakan parah pada akses jalan utama, yaitu Jalan Raya Leuwidamar yang menghubungkan ke Rangkasbitung. Pantauan di lokasi menunjukkan bahwa ruas jalan ini penuh dengan lubang-lubang menganga, permukaan yang bergelombang, dan genangan lumpur becek yang persisten. Penyebab utamanya diduga dari lalu lalang truk-truk berat yang membawa muatan pasir basah, sehingga meninggalkan jejak kerusakan berkelanjutan.

BACA JUGA :  PKB DKI Menjalin Komunikasi dengan PSI: Siap Duetkan Anies Bersama Kaesang di Pilgub Jakarta 2024 - 2029

Tak hanya itu, sistem drainase di pinggir jalan juga mengalami penyumbatan akibat tumpukan pasir yang berserakan. Hal ini memperburuk kondisi saat hujan, di mana air tidak bisa mengalir lancar dan malah membanjiri jalan. Para pengemudi sepeda motor maupun mobil harus ekstra waspada saat melintas, karena kombinasi lubang dan pasir licin berpotensi menyebabkan kecelakaan. “Jalanan ini seperti jebakan, terutama bagi pengguna roda dua yang bisa tergelincir kapan saja,” ungkap seorang saksi mata setempat.

Pendapat Warga yang Terpecah: Dukungan Ekonomi vs Keluhan Lingkungan

Keberadaan tambang galian C di Cimarga memicu perdebatan sengit di masyarakat lokal. Di satu sisi, sebagian penduduk mendukung aktivitas ini karena memberikan peluang mata pencaharian, seperti pekerjaan di sektor transportasi material atau layanan pendukung tambang. Namun, di sisi lain, banyak warga yang menentang keras lantaran dampak negatif yang dirasakan sehari-hari, termasuk polusi debu yang menebal, pencemaran sumber air, serta kerusakan infrastruktur yang semakin parah.

Seorang warga anonim dari daerah tersebut mengungkapkan bahwa ada sekitar 14 lokasi penambangan serupa di wilayah Margajaya dan Cimarga, di mana sebagian besar diduga beroperasi tanpa izin lengkap. “Banyak izin yang sudah kadaluarsa dan belum diperbarui, apalagi sekarang prosedur perizinan harus melalui pemerintah pusat,” katanya. Ia menambahkan bahwa ketidakjelasan ini memperburuk situasi, karena tambang-tambang ilegal terus beraktivitas tanpa pengawasan ketat.

Keluhan semakin mencuat dari cerita pribadi warga. Misalnya, seorang ibu di Desa Cimarga menceritakan bagaimana anaknya mengalami kecelakaan motor akibat terperosok ke lubang jalan, yang mengakibatkan cedera serius dan absen dari sekolah. “Motornya rusak parah, dan anak saya masih belum pulih sepenuhnya,” tuturnya dengan nada kecewa.

BACA JUGA :  Dugaan Temuan Korupsi Dana Desa oleh LSM KPK Nusantara Aminudin: Pj dan Mantan Kades Kurungdahu Terancam Dilaporkan ke APH

Sementara itu, warga dari Kecamatan Kalanganyar juga menyuarakan ketidaknyamanan atas perilaku truk tambang yang sering parkir sembarangan, menyebabkan air dari muatan mereka tumpah ke jalan dan menciptakan genangan berbahaya. “Debu beterbangan kemana-mana, dan jalan semakin hancur. Kami harap pemerintah segera bertindak, mungkin dengan membatasi jam operasional truk agar tidak mengganggu lalu lintas umum,” harapnya.

Situasi ini menekankan perlunya intervensi cepat dari pemerintah daerah Kabupaten Lebak untuk menertibkan aktivitas tambang galian C. Dengan penegakan aturan yang tegas, diharapkan bisa menyeimbangkan antara manfaat ekonomi dan perlindungan lingkungan serta keselamatan masyarakat. CompasKotaNews.com akan terus memantau perkembangan isu ini untuk memberikan update terkini bagi pembaca. (Red/CKN)