CompasKotaNews.com – Dalam agama Islam, bulan Muharram memiliki makna dan keistimewaan tersendiri. Umat Islam dianjurkan untuk berpuasa pada bulan ini, terutama pada tanggal 9 Muharram yang dikenal dengan sebutan Puasa Tasua dan tanggal 10 Muharram yang disebut Puasa Asyura.
Pada tahun 2023, Puasa Tasua jatuh pada tanggal 27 Juli, bertepatan dengan Hari Kamis, sedangkan Puasa Asyura jatuh pada tanggal 28 Juli, bertepatan dengan Hari Jumat. Kedua puasa ini memiliki nilai religius yang tinggi dan diyakini membawa banyak keberkahan bagi umat Islam yang menjalankannya.
Puasa Tasua, atau Puasa Hari ke-9 Muharram, memiliki sejarah yang penting dalam Islam. Pada hari ini, Nabi Musa (AS) dan umatnya diselamatkan oleh Allah dari kejaran Firaun dengan keluarnya mereka dari Laut Merah yang terbelah menjadi dua bagian. Sebagai bentuk rasa syukur atas penyelamatan tersebut, Nabi Musa (AS) dan umatnya berpuasa pada hari ini.
Asyura Juga Mengenang Peristiwa Penting
Sementara itu, Puasa Asyura jatuh pada tanggal 10 Muharram dan memiliki makna ganda bagi umat Islam. Pertama, pada hari ini, Nabi Musa (AS) dan umatnya kembali berpuasa sebagai ungkapan terima kasih atas keselamatan dari bahaya yang menimpa Firaun dan pasukannya yang tenggelam di Laut Merah. Kedua, Puasa Asyura juga mengenang peristiwa penting lainnya, yaitu peristiwa syahidnya cucu Nabi Muhammad SAW, Imam Husain (AS), di medan Karbala.
Dalam menjalankan kewajiban berpuasa pada Muharram, terdapat beberapa rukun yang harus diperhatikan oleh umat Islam. Salah satunya adalah niat, yang merupakan langkah awal sebelum memulai puasa. Niat dilakukan untuk menyatakan kesungguhan hati dalam menjalankan ibadah puasa dan menjadikan puasa tersebut sah di hadapan Allah SWT.
Selain itu, dalam menjalani Puasa Tasua dan Puasa Asyura, umat Islam juga dianjurkan untuk meningkatkan amal ibadah lainnya, seperti shalat, membaca Al-Quran, bersedekah, dan berbuat kebaikan kepada sesama. Bulan Muharram merupakan momen yang baik untuk memperkuat iman dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Memiliki Keutamaan Tersendiri
Di samping berpuasa pada tanggal 10 Muharram, Puasa Asyura, Puasa Tasua pada tanggal 9 Muharram juga memiliki keutamaan tersendiri bagi umat Islam. Dalam melaksanakan puasa ini, mari tingkatkan keikhlasan dan kebersamaan dalam menjalankan ibadah, serta selalu mengingat peristiwa-peristiwa bersejarah yang terkait dengan kedua puasa ini. Semoga amal ibadah puasa kita diterima Allah SWT, dan kita semua dapat meraih berkah dan ampunan-Nya dalam menyambut datangnya bulan Muharram. Marilah kita menjalankan ibadah dengan sepenuh hati dan semangat untuk meraih keberkahan dan keampunan di bulan yang mulia ini. Selamat menjalankan ibadah puasa Tasua dan puasa Asyura bagi seluruh umat Islam di seluruh dunia!
Lafaz Niat Puasa Tasua dan Asyura
Lafal niat puasa sunnah Tasua adalah sebagaimana berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â lillâhi ta‘âlâ.
“Aku berniat puasa sunnah Tasua esok hari karena Allah SWT.”
Sedangkan niat puasa sunnah Asyura adalah:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatil âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ.
“Aku berniat puasa sunnah Asyura esok hari karena Allah SWT.”
Jika niatnya dilakukan pada saat siang hari, sebelum tergelincirnya matahari maka lafalnya sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء أو عَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â awil âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ
“Aku berniat puasa sunnah Tasu’a atau Asyura hari ini karena Allah SWT.”
Keutamaan
Sebagai bulan pembuka dalam kalender Hijriyah serta bagian dari bulan hurum (mulia), Muharram menjadi bulan yang diagungkan umat Islam. Terdapat berbagai macam amalan khusus di bulan ini terutama pada 10 atau sering disebut Asyura. Di antaranya adalah berpuasa.
Namun, terdapat pula tanggal istimewa selain puasa pada 10 Muharram, yaitu berpuasa pada 9 Muharram alias puasa Tasua.
Keutamaan puasa Asyura terdapat dalam hadits-hadits sahih. Salah satunya hadits yang menyatakan bahwa puasa Asyura dapat menghapus dosa setahun kemarin. Nabi SAW bersabda:
وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
“Adapun puasa pada hari Asyura, aku memohon kepada Allah agar puasa tersebut bisa menghapus dosa setahun sebelumnya.” (HR Muslim no 1162)
Imam an-Nawawi (w 676 H) menjelaskan maksud dosa yang diampuni pada hadits di atas adalah dosa kecil, atau paling tidak mendapat keringanan atas dosa besar atau pengangkatan derajat seorang hamba. (an-Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, juz 8, hlm 51)
Jadi, bukan pengampunan dosa seluruhnya, karena dosa besar kemungkinan besar Allah SWT ampuni hanya apabila hamba bertobat nasuha, tobat yang sungguh-sungguh.
Kemudian keutamaan lain dari puasa Asyura adalah antusiasnya Nabi SAW dalam melaksanakan puasa tersebut. Diceritakan dalam hadits riwayat Imam Bukhari dari Ibnu Abbas RA:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلَّا هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ
“Tidak pernah aku melihat Nabi ﷺ sengaja berpuasa pada suatu hari yang Beliau istimewakan dibanding hari-hari lainnya kecuali hari Asyura dan bulan ini, yaitu Ramadhan.” (HR Bukhari)
Sedang perintah untuk puasa Tasua, juga terdapat dalam hadits sahih riwayat Muslim dari Ibnu Abbas Ra. sebagai berikut:
حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Saat Rasulullah SAW berpuasa pada hari ‘Asyura`dan juga memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa; Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, itu adalah hari yang sangat diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani.” Maka Rasulullah SAW bersabda, “Pada tahun depan insya Allah, kita akan berpuasa pada hari ke sembilan (Muharam).” Tahun depan itu pun tak kunjung tiba, karena Rasulullah SAW wafat.” (HR Muslim)
Berdasarkan hadits ini dapat dipahami bahwa puasa Tasua dan Asyura merupakan Sunnah Nabi. Adapun di antara hikmah di balik dianjurkannya puasa Tasua atau puasa tanggal 9 Muharram agar tidak serupa dengan Nasrani dan Yahudi. (an-Nawawi, al-Majmu’, juz 6, hlm 383).
Namun, perlu dipahami bahwa anjuran puasa di bulan Muharram tidak hanya Tasua dan Asyura saja. Berdasarkan hadits:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ ؛ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ ؛ صَلَاةُ اللَّيْلِ
“Puasa paling utama setelah Ramadhan adalan berpuasa di bulan Allah, yaitu Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Daud, Nasai, Ibn Majah, Darimi, dan Ahmad)
Imam an-Nawawi (w 676 H) menjelaskan bahwa ternyata, puasa pada Muharram tidak hanya pada hari ke sepuluh saja yang populer disebut puasa Asyura atau Suro.
Menurutnya, hadits di atas menunjukkan keutamaan berpuasa pada Muharram seluruhnya.
Bahkan dengan jelas hadits di atas menunjukkan bahwa puasa pada Muharram adalah puasa paling utama setelah puasa Ramadhan. (Lihat selengkapnya an-Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim Ibn Hajjaj, juz 8, hlm 55). Wallahu A’lam. (Red/CKN)