
Serang Kota, 10 Januari 2024 || Compaskotanews.com – Kota Serang menghadapi tantangan serius terkait angka kematian bayi yang meningkat selama tahun 2023. Menurut data resmi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Serang, angka kematian bayi (AKB) mencapai 63 kasus, meningkat dari 32 kasus pada tahun 2022 dan 13 kasus pada tahun 2021.
Kepala Dinkes Kota Serang, Ahmad Hasanudin, mengungkapkan bahwa catatan historis menunjukkan tren kenaikan angka kematian bayi setiap tahunnya. Dari 27 kasus pada tahun 2017, naik menjadi 63 kasus pada tahun 2023. Faktor utama yang menyebabkan kematian bayi adalah berat badan lahir rendah (BBLR), memicu sejumlah masalah serius, termasuk gagal pernapasan atau asfiksia.
Hasanudin menjelaskan bahwa sekitar 26 kematian bayi disebabkan oleh asfiksia, yang terjadi karena bayi lahir dengan BBLR. Data tersebut berasal dari laporan Puskesmas di enam Kecamatan di Kota Serang.
Angka kematian bayi di sejumlah Puskesmas menjadi sorotan, dengan Puskesmas Kilasah mencatat sembilan kasus, Puskesmas Banten Girang lima kasus, Puskesmas Unyur lima kasus, dan Puskesmas Curug lima kasus. Puskesmas Banjar Agung, Puskesmas Kasemen, Puskesmas Pancur, dan Cipocok Jaya masing-masing melaporkan lima kasus.
Selain itu, Puskesmas Rau dan Kalodran mencatat empat kasus masing-masing, sementara Puskesmas Serang Kota dan Taktakan mencatat tiga kasus. Puskesmas Walantaka melaporkan dua kasus, sedangkan Puskesmas Sawah Luhur, Ciracas, dan Singandaru masing-masing melaporkan satu kasus.
Peningkatan dramatis dalam angka kematian bayi di Kota Serang menjadi perhatian serius, memicu perluasan upaya pencegahan dan perawatan untuk menanggulangi masalah kesehatan ini. Dinkes Kota Serang diharapkan untuk mengambil langkah-langkah konkret guna menurunkan angka kematian bayi dan meningkatkan kesehatan ibu serta bayi di wilayah tersebut.
Baca terus info berita terkini klik di Compaskotanews.com
(Tf/red)