Jangan Pasung Kami, Biarkan Kami Bersuara Lantang Demi Kota Serang Berbudi dan Berintegritas Jadi Ibu Kota Provinsi Banten yang Sesungguhnya
Serang Kota,11 April 2025 || Compaskotanews.com — Kota Serang ibu kota Provinsi Banten, terus menjadi sorotan warganya sendiri. Salah satunya datang dari penggiat publik Toni Firdaus dari Compas Kota, yang juga merupakan bagian dari masyarakat Kota Serang. Ia menyuarakan harapan akan perubahan yang signifikan di kota Serang tercinta melalui narasi yang penuh kepedulian.
Toni menyatakan bahwa masyarakat bukanlah kelompok yang senang membuat kegaduhan dan keributan. Mereka hanyalah warga yang ingin bersuara, demi melihat Kota Serang berkembang dengan nilai-nilai integritas dan tanggung jawab yang tinggi dari para pemimpinnya.
Menurutnya, kebebasan menyampaikan kritik harus dihargai, terutama bila dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kepedulian yang tulus terhadap realita di lapangan. Toni menegaskan bahwa suara rakyat bukan suara pembenci, melainkan suara yang ingin didengar oleh pemimpinnya.
“Kami tidak menuntut lebih. Kami hanya ingin para pemangku kebijakan memberikan respons cepat yang baik terhadap laporan masyarakat bawah,” ujar Toni dengan penuh harap.
Ia juga menekankan pentingnya memiliki pemimpin yang lebih mengutamakan kepentingan umum dibandingkan kepentingan pribadi atau golongan. Kota Serang, menurutnya, masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang belum tuntas di berbagai bidang pembangunan.
Sorotan kritik juga diberikan kepada Walikota Serang, Budi Rustandi. Toni berharap agar Walikota dan Wakil Walikota berani mengevaluasi perangkat daerah yang dinilai malas dan hanya bekerja jika diperintah. “Ini bukan soal jabatan, ini soal pengabdian,” tegasnya.
Salah satu persoalan nyata yang menjadi keluhan warga adalah semrawutnya lalu lintas di Kota Serang. Rambu lalu lintas kerap diabaikan, seperti yang terjadi di sekitar Pasar Rau dan Terminal Pakupatan. Banyak terminal bayangan yang muncul tanpa pengawasan yang jelas dari Dishub Kota Serang.
Ia menilai Dinas Perhubungan Kota Serang perlu bergerak cepat (gercep) menyikapi persoalan ini. Lalu lintas angkutan dalam dan luar daerah lain yang tidak tertib maauk ke sudut sudut jalan di Kota Serang yang menjadi masalah kronis yang belum kunjung ditertibkan secara serius.
“Kalau fungsi Dishub hanya sebagai pelengkap, lalu siapa yang bertanggung jawab atas kondisi lalu lintas kita?” tanya Toni retoris.
Masalah lain yang tak kalah genting adalah maraknya pedagang kaki lima (PKL) yang mengambil alih trotoar dan bahu jalan, terutama di kawasan pasar Rau dan pasar lain nya di Kota Serabg. Trotoar yang seharusnya untuk pejalan kaki kini berubah menjadi kios-kios liar yang bahkan diperjualbelikan oleh oknum warga.
Toni mendesak agar Pemkot Serang bertindak tegas terhadap pelanggaran ini. Tidak boleh ada tebang pilih dalam penegakan Perda Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan (K3). “Siapa pun yang melanggar, harus ditindak tegas,” katanya.
Tak kalah krusial adalah soal darurat sampah yang kian hari kian memprihatinkan. Toni menyerukan agar setiap lurah bertanggung jawab terhadap kebersihan wilayahnya. Ia mengingatkan bahwa Kota Serang adalah wajah dari Provinsi Banten.
“Kalau ibu kota provinsi saja jorok, bagaimana dengan daerah lainnya?” ungkap Toni.
Ia pun mendorong agar Walikota Serang Budi Rustandi berani menjatuhkan sanksi administratif kepada camat dan lurah yang abai terhadap masalah sampah. Tidak cukup hanya menunggu laporan, para pemimpin wilayah harus proaktif menyelesaikan masalah ini.
Tak hanya itu, masyarakat juga harus diberi efek jera. Oknum warga yang masih membuang sampah sembarangan harus ditindak, agar ada perubahan perilaku yang nyata dan berkelanjutan.
Toni mengakhiri pernyataannya dengan harapan besar. Ia dan masyarakat lainnya di Kota Serang ingin melihat perubahan konkret, bukan janji manis. “Kami ingin Kota Serang menjadi kota yang benar-benar Berbudi dan berintegritas, bersih, dan nyaman untuk ditinggali.
(Toni f/Red)